Apa itu Caching?
Caching adalah proses penyimpanan data untuk sementara waktu baik pada website, browser, atau aplikasi sehingga mereka tidak perlu mendownload data yang sama setiap kali seseorang mengaksesnya.
Anggap saja cache sebagai sebuah perjalanan. Jika Anda baru mengunjungi suatu tempat untuk pertama kalinya, otak Anda akan menyimpan informasi tentang perjalanan tersebut. Jadi ketika Anda pergi ke tempat yang sama di lain waktu, Anda bisa mengingat letak tempat-tempat yang ingin Anda kunjungi dan bisa sampai kesana dengan lebih cepat.
Sama halnya dengan cache, ketika Anda mengunjungi sebuah website untuk pertama kali, browser Anda akan menyimpan informasi yang akan membantu browser Anda untuk bisa mendapatkan atau mengambil informasi dengan lebih efisien pada kunjungan berikutnya.
Ada banyak cara sebuah data bisa di-cache tetapi biasanya ini tergantung dengan bagaimana cara pemilik website mengatur apa yang disebut sebagai ‘header’ pada sebuah data. Header ini memberitahu komputer pengguna apa yang bisa di cache dan untuk berapa lama. Pemilik website akan mengatur instruksi caching dan browser Anda akan diberitahu oleh website apa yang boleh mereka download. Instruksi juga biasa termasuk bagaimana cara dan dimana mereka menyimpan file sementara. Anda juga bisa mengubah aturan tentang apa yang di-cache dan apa yang tidak.
Caching Pada WordPress
Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana caching bekerja pada WordPress?
Ketika seseorang mengunjungi website Anda, mereka membutuhkan banyak informasi dari hosting Anda. Informasi yang dimaksud adalah gambar, Javascript, dan CSS. Selain itu, mereka perlu mengambil konten Anda dari database WordPress.
Kurang lebih prosesnya seperti ini:
- Pengunjung masuk ke website Anda dan browser mereka akan menghubungi server web Anda.
- WordPress Anda kemudian menghubungi database dimana mereka menyimpan data – data website Anda.
- Server web Anda kemudian akan mengumpulkan data ini menjadi sebuah halaman HTML dan mengembalikannya ke pengunjung website.
Karena WordPress mengambil konten secara dinamis, ini berarti mereka meminta informasi baru ketika seseorang mengunjungi sebuah halaman. Dalam kebanyakan kasus, ini sebenarnya tidak diperlukan karena postingan blog dan halaman website Anda tidak berubah sekali Anda publish, kecuali Anda mengeditnya.
Ketika Anda menggunakan sebuah plugin caching, mereka membuat sebuah versi statis dari konten Anda dan mengirimnya ke pengunjung website Anda. Jika pengunjung yang sama mengunjungi website Anda lagi, mereka akan melihat versi cache dari website Anda, yang membuat website Anda loading lebih cepat di browser mereka.
Sederhananya, caching adalah menggunakan kembali data dari permintaan sebelumnya untuk mempercepat permintaan di waktu yang akan datang.
Caching mengurangi jumlah data yang perlu ditransfer antara browser, database, dan server web. Dengan adanya pengurangan ini, loading time website Anda juga akan menjadi lebih cepat.
Bagaimana cara kerja caching WordPress?
Client-side caching. Setiap website memiliki banyak data statis seperti gambar, file CSS, dan file JavaScript. Tidak peduli browser apa yang Anda lakukan, mereka semua cukup pintar untuk mengetahui bahwa jika mereka sudah mendownload data-data tersebut sekali, mereka tidak perlu mendownloadnya lagi. Mereka hanya perlu menyajikan data-data tersebut dari cache lokal yang tersimpan di hard drive komputer Anda. Inilah mengapa Anda direkomendasikan untuk membersihkan cache browser Anda dengan rutin. Menghapus cache dapat menyimpan space dan meningkatkan performa browser. Proses caching ini dikenal dengan nama client-side caching dan hampir setiap website modern menggunakannya dan semua browser juga bisa melakukannya.
Server-side caching. Termasuk di dalam server-side caching adalah berbagai protokol caching yang dilakukan di dalam caching WordPress.
Page Caching adalah protokol caching yang paling simpel. Yang dimaksud dengan page caching adalah proses penyimpanan file HTML di hard disk atau memory sebuah server. Setiap kali ada permintaan, server akan menyajikan data-data yang diminta dari cache ini. Ini menghemat overhead eksekusi kode PHP dan query database MySQL.
Database Caching adalah protokol kedua. Tujuan dari database adalah untuk menyimpan, memperbarui, dan mengirimkan data secara efisien. Database biasanya berukuran besar dan setiap query membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena WordPress sangat bergantung pada database-nya, mereka sering membuat permintaan. Jika data tersebut tidak diubah dalam database, mengeksekusi query untuk mengambil data yang sama sebenarnya sama seperti men-download ulang gambar dan file yang sama berulang-ulang. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, masuk akal untuk menyimpan hasil query di penyimpanan lokal. Itu dikenal sebagai database caching dan merupakan salah satu faktor fundamental dari caching WordPress yang efektif. Jangan lupa untuk menghapus database cache yang disimpan sebelumnya dan meng-cache ulang query database. Ini untuk menghindari hasil query database yang salah dan tidak relevan.
Object Caching adalah protokol caching yang bisa dibilang cukup advanced. WordPress memiliki sistem caching internal mereka sendiri yang mencakup beberapa subsystem seperti caching API, object cache, dan transient API. Sistem caching ini bisa dikontrol oleh plugin untuk mengurangi jumlah panggilan database.
Opcode Caching adalah penyimpanan kode PHP yang sudah dikompilasi di setiap permintaan. WordPress menggunakan PHP, yaitu sebuah bahasa pemograman berorientasi objek. Ini berarti untuk mengeksekusi kode PHP, pengumpul PHP harus mengkompilasi kode tersebut terlebih dahulu dan kemudian menghasilkan kode yang bisa dieksekusi yang nantinya akan dieksekusi oleh web server. Sederhananya, opcode caching adalah menyimpan output dari PHP compiler pada cache.
Untuk menerapkan caching sisi server dalam bentuk apapun, data harus disimpan di penyimpanan lokal. Penyimpanan lokal mengacu pada hard disk server atau memori utama server yaitu RAM. RAM, yang merupakan singkatan dari Random Access Memory, biasanya jauh lebih cepat daripada hard disk . Ini adalah bentuk memori yang mudah menguap dan biasanya digunakan sebagai penyimpanan utama. Hard disk, di sisi lain, adalah penyimpanan sekunder non-volatile yang lebih mahal.
Penyimpanan yang Anda gunakan untuk menyimpan data dalam cache memainkan peran penting. Hard disk bekerja lebih lambat sehingga kecepatan HDD bisa dibilang penting. Dalam kebanyakan kasus, hard disk yang digunakan pada server berkisar antara 7.200 RPM sampai 15.000 RPM dan mungkin memiliki tingkat RAID (array disk independen independen yang berbeda) – RAID 0 adalah yang tercepat tapi juga paling tidak aman, sementara RAID 4 memiliki keseimbangan kecepatan dan keamanan yang tepat.
Jika Anda menggunakan server shared hosting, seperti kebanyakan pemilik situs web, satu-satunya pilihan Anda adalah menyimpan data cache pada hard disk. Jika Anda, di sisi lain, memiliki dedicated server atau VPS, maka Anda juga memiliki opsi tambahan untuk menggunakan RAM sebagai penyimpanan Anda untuk data cache.
Nah, bagi Anda pengguna WordPress, Anda tidak perlu khawatir karena WordPress memiliki plugin yang bisa Anda gunakan untuk melakukan caching pada website Anda. Kali ini, kami ingin memperkenalkan sebuah plugin caching yaitu LiteSpeed Cache .
Apa itu LiteSpeed Cache?
Jika Anda ingin membuat website WordPress Anda bekerja lebih cepat, maka Anda memerlukan plugin LiteSpeed Cache. LiteSpeed Technologies telah memperkenalkan LSCWP (LiteSpeed Cache for WordPress) ini sebagai salah satu teknologi caching mutakhirnya.
Plugin ini berbasis PHP, open source dan gratis. LiteSpeed Cache juga bekerja lebih cepat dan jauh lebih efisien daripada solusi caching lainnya. LiteSpeed Cache bahkan dapat melakukan caching pada tingkat server web. Oleh karena itu, LiteSpeed Cache membantu menarik lebih banyak traffic.
LiteSpeed Cache adalah sebuah plugin dari LiteSpeed yang berperan sebagai sebuah tool manajemen caching yang advance untuk WordPress. Tidak hanya itu, LiteSpeed Cache juga memiliki fitur optimasi yang bertujuan untuk mengurangi waktu loading dan menjadikan situs Anda lebih unggul dibanding website lain. Dengan LiteSpeed, website Anda dapat menggunakan tool terbaik yang menghasilkan skor PageSpeed yang tinggi, dan – yang lebih penting – pengalaman pengguna atau user experience yang luar biasa.
Mengapa Menggunakan LiteSpeed Cache?
Ada beberapa alasan mengapa LiteSpeed Cache bisa menjadi pilihan yang tepat untuk kebutuhan caching website Anda:
- Setiap pengunjung situs Anda akan melihat halaman terbaru yang diperbarui setiap kali ada permintaan
- LiteSpeed Cache sangat mudah untuk digunakan. Selain itu, LiteSpeed Cache juga didesain untuk bekerja baik dengan instalasi WordPress lainnya.
- LiteSpeed Cache mengurangi overhead dan memberikan proses caching yang lebih cepat di level server web. Karena inilah halaman web Anda bisa loading lebih cepat.
- Pengaturan kustom. Anda bisa memiliki theme yang berbeda untuk desktop dan mobile device atau tampilan yang berbeda untuk lokasi geografis yang berbeda.
- LiteSpeed Cache mendukung pilihan do-not-cache (atau jangan cache) sehingga Anda bisa memilih jika Anda tidak ingin melakukan caching untuk pengunjung atau halaman tertentu.
- Support plugin lainnya. LiteSpeed Cache mendukung plugin WordPress lainnya seperti bbPress atau WooCommerce dan tidak memerlukan konfigurasi tambahan.
- LiteSpeed Cache juga mendukung instalasi website tunggal atau multi-website.
Cara Menggunakan LiteSpeed Cache
Bagaimana? Sudah tertarik untuk mulai menggunakan litespeed cache? Kalau iya berikut adalah cara-cara untuk mulai menggunakan LiteSpeed cache.
Install LiteSpeed Cache
Login ke dashboard WordPress Anda, kemudian pilih Plugin > Add New di bagian kiri layar Anda.
Di kotak pencarian di sebelah kanan atas, masukkan LiteSpeed Cache dan tekan EnterAnda akan melihat LiteSpeed Cache sebagai pilihan pertama. Klik Install Now. Setelah WordPress berhasil menginstal pluginnya, Anda akan melihat tombol Install Now berubah menjadi Activate .
Klik Activate untuk mengaktifkan plugin. Jangan lupa untuk melakukannya karena kalau Anda belum mengaktifkannya, plugin tidak akan bekerja.
Setelah aktivasi, Anda akan dibawa ke halaman di atas dan Anda bisa melihat bahwa plugin LiteSpeed Cache Anda sudah aktif.
Konfigurasi LiteSpeed Cache
Setelah Anda menginstal plugin LiteSpeed Cache, Anda bisa melihat dan mengkustomisasi setting untuk website Anda. Untuk melakukan ini, Anda bisa mengikuti langkah berikut:
Login ke dashboard WordPress Anda. Di sebelah kiri, Anda akan melihat LiteSpeed Cache . Arahkan kursor Anda kesana dan Anda akan melihat pilihan Settings . Klik Settings.
Setelah itu, Anda akan melihat layar LiteSpeed Caching Settings.
Tampilan yang Anda lihat di atas adalah Advanced View dari settings ini. Jika Anda memilih Basic View , Anda hanya akan melihat pilihan General, Cache, Purge, dan Excludes.
Tab General terdiri dari settings TTL (time-to-live) yang mengkontrol berapa lama berbagai tipe konten tersimpan di cache.
Tab Cache terdiri dari settings yang mengkontrol caching untuk tipe-tipe konten tertentu seperti halaman login dan REST API calls .
Tab Purge terdiri dari settings untuk membersihkan konten yang tersimpan di cache. Secara default, LSCWP secara otomatis membersihkan cache saat plugin, tema, atau WordPress sendiri diupdate.
Tab Excludes berisi settings yang menentukan jenis konten apa yang tidak di cache.
Tab Optimize berisi settings yang dapat membantu Anda mengoptimasi website Anda. Jika Anda mengubah settingan tertentu pada halaman ini, pastikan bahwa Anda sudah memeriksa website Anda secara menyeluruh dan lihat apakah website Anda bekerja dengan baik dan benar. Optimasi yang berlebihan dapat menghancurkan fungsionalitas sebuah website.
Tab CDN digunakan untuk mengatur Content Delivery Network. Content Delivery Network atau jaringan pengiriman konten adalah sistem server terdistribusi (jaringan) yang mengantarkan halaman dan konten web lainnya ke pengguna, berdasarkan lokasi geografis pengguna, asal halaman web dan server pengiriman konten. Layanan ini efektif dalam mempercepat penyampaian konten situs web yang memiliki traffic tinggi dan situs web yang memiliki jangkauan global. Semakin dekat server CDN dengan pengguna secara geografis, semakin cepat konten akan dikirimkan ke pengguna. CDN juga memberikan perlindungan dari traffic yang tinggi.
Tab ESI terdiri dari settingan Edge Side Includes. ESI adalah teknik caching advance yang memperbolehkan Anda meng-cache beberapa bagian dalam sebuah halaman.
Tab Advanced terdiri dari settingan untuk beberapa advanced settingan tambahan. Tergantung dengan konfigurasi situs Anda, mengubah pengaturan ini dapat mengubah situs Anda dan menjadikan website Anda tidak dapat diakses.
Tab Debug terdiri dari settingan untuk debugging yang bisa membantu Anda menghadapi masalah troubleshooting.
Jika Anda mengubah settingan, jangan lupa untuk klik Save Changes untuk menyimpan konfigurasi baru Anda.
Simpulan
Caching dapat membantu Anda untuk memastikan bahwa loading website Anda tidak memakan waktu yang lama. Anda pasti sudah tahu bahwa di jaman sekarang, orang-orang menginginkan website yang loading cepat. Waktu loading sebuah website juga mempengaruhi SEO dan bahkankonversi bisnis Anda. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menjamin bahwa website Anda loading dengan cepat. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan adalah dengan menggunakan plugin caching. LiteSpeed Caching adalah salah satu plugin yang bisa membantu Anda mengatasi masalah ini. Plugin yang satu ini juga mudah digunakan dan dikonfigurasi. Ini tentunya menjadi salah satu alasan kenapa plugin ini merupakan salah satu plugin caching terbaik untuk website WordPress.
Jika Anda ingin membaca caching plugin lainnya, Anda bisa membaca artikel kami tentang W3 Total Cache , WP Super Cache , dan WP Fastest Cache .
No comments:
Post a Comment